Managing Director Garage.com Bill Reichert

"Indonesia Punya Potensi Besar untuk Sukses"

Bill Reichert
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

VIVAnews - Sebagai negara berpopulasi padat dengan penetrasi Internet yang terus meningkat, Indonesia merupakan salah satu negara yang berharap mampu memiliki ‘Silicon Valley’ sendiri dengan berbagai startup, khususnya berbasis teknologi, yang akan menjadi perusahaan skala besar.

Menurut Bill Reichert, Managing Director Garage Technology Ventures, lembaga yang fokus mendanai para entrepreneur yang akan membangun bisnis yang hebat, banyak hal yang perlu dilakukan. Meski begitu, Indonesia memiliki potensi ke arah sana.

10 Lahan Terlantar yang Paling Menakjubkan di Bumi Saat Ini

VIVAnews.com berkesempatan mewawancarai Reichert, 16 Januari 2012 lalu. Berikut petikannya:

Sektor apa yang paling menarik untuk digarap oleh startup di Indonesia? Apa alasannya?
Saya rasa sektor energi dan sumber daya yang dapat diperbarui, serta sektor lingkungan sangat menarik untuk technopreneurship di Indonesia. Sebab, Indonesia punya sumber daya yang sangat besar sehingga saya rasa sektor ini paling menarik untuk digarap.

Namun saya rasa akan sangat bagus bagi mahasiswa, pemerintah, pengusaha, dan masyarakat jika mereka mendukung technopreneurship tak hanya di sektor itu saja, melainkan di semua sektor di entrepreneurship yang ada. Entah itu sektor medis, teknologi informasi, komunikasi, atau ekonomi. Semua sektor di Indonesia perlu dikembangkan, tentu saja.

Apa saja faktor menjadi kendala technopreneurship di Indonesia?
Ada dua kendala terbesar technopreneurship Indonesia, yaitu dalam hal pendidikan dan ekosistem. Berdasarkan pengamatan saya yang masih terbatas, teknik-teknik entrepreneurship yang dimiliki Indonesia tidak berkembang sebaik negara lain yang technopreneurship-nya juga tengah menggeliat.

Sebenarnya Indonesia masih perlu banyak berbenah guna mengembangkan pendidikan entrepreneurship dalam berbagai bidang, baik dalam sains, teknologi, atau teknik. Pembenahan harus dilakukan supaya lebih banyak mahasiswa yang terjun ke dalam bidang entrepreneurship sehingga bidang ini dapat berkembang dengan lebih baik.

Ada satu cara untuk mengetahui entrepreneurship yang sukses. Entrepreneurship yang sukses pasti memiliki beberapa elemen seperti pelatihan, mentor, program, dan investor yang mendukung kelangsungan usaha mereka. Semua elemen itulah yang pasti ada dalam kisah sukses tiap entrepreneur, yang tentunya tak diraih dalam waktu singkat.

Saya lihat, Indonesia sudah mulai menunjukkan perkembangan dalam pengadaan wadah untuk entrepreneur. Kita lihat akarnya sudah ada, tunasnya pun sudah mulai muncul. Semoga untuk ke depannya, tunas yang sudah muncul ini bisa tumbuh lebat.

Selain jumlah penduduk yang besar dan penetrasi Internet yang terus meningkat, apa yang membuat perusahaan venture capital tertarik berinvestasi di Indonesia dibanding di negara-negara lain?
Kelebihan Indonesia adalah adanya pasar internal yang sangat besar. Namun pada beberapa negara, jika tidak hati-hati hal itu justru menjadi bumerang karena mereka jadi sulit mengglobal. Lihat saja contohnya di Selandia Baru. Mereka memiliki komunitas entrepreneur sendiri, namun jadi sulit untuk mengglobal.

Dalam hal ini, pasar dalam negeri Indonesia punya potensi besar untuk sukses baik lokal ataupun global. Jadi kami mendorong setiap negara, terutama Indonesia, untuk berpikir dan bertindak seglobal mungkin.

Jika sudah ada pasar yang besar serta dukungan yang besar dari dalam negeri, hal ini akan lebih bagus karena akan sangat membantu perkembangannya. Masyarakat dan pemerintah Indonesia dalam hal ini sudah mulai menunjukkan dukungannya.

Apakah Indonesia mungkin memiliki Silicon Valley sendiri?
Indonesia bukan satu-satunya negara yang ingin memiliki Silicon Valley sendiri. Saya, misalnya, pernah mengunjungi Rusia, Australia, dan Selandia Baru sebelum akhirnya ke Indonesia. Tiap-tiap negara yang saya kunjungi selalu mengutarakan keinginan mereka untuk menjadi Sillicon Valley berikutnya.

Menurut pendapat saya, mendirikan Silicon Valley yang bisa menyamai Silicon Valley di AS bukan merupakan tindakan yang tepat. Mendirikan Silicon Valley bukan perkara mudah. Mendirikan replikanya apalagi, sulit sekali. Yang membuat Silicon Valley bagus adalah karena di dalamnya juga terdapat banyak sumber daya yang bagus.

Yang lebih penting sekarang adalah fokus pada pengembangan kekuatan dan kemampuan teknologi terlebih dahulu, juga beberapa elemen yang krusial seperti pendidikan dan dukungan entrepreneurship.

Indonesia pada akhirnya bisa membangun Sillicon Valley sendiri, tapi yang unik dengan ciri khas Indonesia. Ciri khas di sini adalah yang sesuai dengan perkembangan dan tren teknologi ayng berkembang di Indonesia. Jangan lupa, Anda juga berkompetisi dengan bangsa lain di seluruh dunia yang juga ingin membangun Silicon Valley.

Bagaimana dari sisi regulasi? Apakah undang-undang yang ada sudah cukup untuk mengakomodasi start up untuk berkembang?
Sejujurnya saya tidak bisa berkomentar banyak soal ini, karena saya sendiri kurang begitu mengetahui undang-undang di Indonesia. Banyak jenis undang-undang yang berkenaan dengan entrepreneurship. Misalnya, undang-undang yang berkenaan dengan sektor pajak, modal, ekspor-impor, dan investasi tentu saja tidak sama satu dengan lainnya. Saya tidak cukup tahu mengenai masalah ini.

Apa saja modal yang dibutuhkan oleh startup di Indonesia untuk memulai bisnis?
Indonesia sudah mengambil langkah awal yang sangat bagus. Dengan caranya masing-masing, para startup Indonesia sudah mampu membuat bisnis mereka 'terlihat', setidaknya untuk pangsa pasar dalam negeri.

Ada hal-hal yang sulit direplika dari Silicon Valley. Di Palo Alto, Silicon Valley adalah tempat yang seluruhnya terdiri atas teknologi canggih. Tak ada jenis bisnis lain di Silicon Valley yang tidak berhubungan dengan teknologi. Misalnya saja, tak ada perbankan, karena Silicon Valley adalah tempatnya teknologi. Kota-kota lain tentu saja sudah memiliki bisnis mereka sendiri, bukan?

Jika mereka ingin menjadi Silicon Valley, secara tak langsung artinya mereka juga harus mengubah kultur mereka. Ini tak bagus, karena sejatinya setiap kota memiliki bisnis sendiri sesuai tren yang berkembang di tempat mereka.

Di Indonesia, sudah mulai bermunculan event-event yang mendukung entrepreneurship dalam berbagai bidang, termasuk technopreneurship. Sponsornya juga tak main-main, bisa merupakan salah stau bank terbesar di Indonesia misalnya. Hal ini sangat langka di seluruh dunia.

Di AS sendiri, hal semacam ini baru mulai marak beberapa tahun belakangan. Perusahaan-perusahaan besar mensponsori event untuk mendukung pertumbuhan entrepreneurship, di AS masih berupa hal baru. Namun sekali lagi, di negara lain dukungan semacam ini sangat langka. Jadi saya pikir Indonesia sudha mengambil langkah awal yang sangat bagus.

Untuk lebih mengembangkan itu, dibutuhkan pula bantuan media. Siarkan berita ini di koran, stasiun televisi, atau situs berita. Perbanyak berita tentang inovasi baru yang diciptakan kawula muda dalam entrepreneurship. (eh)

Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor saat berkunjung di SMPN 2 Tanggulangin. (Istimewa)

Alasan Sakit, Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Mangkir Panggilan KPK

Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor atau Gus Muhdlor tidak memenuhi panggilan KPK pada Jumat, 19 April 2024, sebagai saksi dalam kasus korupsi pemotongan insentif ASN

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024