R. Dwi Susanto

El Nino Muncul Lagi di Tahun 2014?

El Nino muncul lagi tahun ini
Sumber :
  • NASA

VIVAnews -Di musim panas dan gugur tahun 2014 ini El Nino kemungkinan muncul lagi”, itulah pengumuman yang dilansir oleh NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration), Lembaga Pemerintah Amerika Serikat yang bertugas menganalisa iklim jangka panjang di seluruh dunia, pada tanggal 6 Maret 2014 di Washington DC.

Penyerang AC Milan Rafael Leao Bisa Dapat Ballon d'Or

Walaupun prediksi ini masih 50-50 persen kemungkinannya dan NOAA belum memberikan secara rinci akan berapa besar kategorinya, namun mengingat dampak El Nino yang bisa sangat luas di wilayah kita, maka ada baiknya kita sebaiknya hati-hati dan mewaspadai dengan adanya prediksi ini.

Kita masih ingat El Nino terbesar di tahun 1982/1983 dan 1997, di mana terjadi kebakaran hutan yang luas di Sumatra dan Kalimantan dan dampak asal tebal menyelimuti wilayah kita bahkan beberapa negara tetangga. Bahkan akibat El Nino di tahun 1997, sempat muncul berita kita menjadi penghasil karbon no 3 di dunia, akibat kebakaran gambut yang luas di Kalimatan.

Is It Eating Ramen Good for Your Health Body?

Dengan kemarau yang panjang dan suhu permukaan laut yang dingin dari maka dampak El Nino mempengaruhi segala aspek kehidupan mulai dari kehutanan, pertanian, kelautan dan kesehatan maupun perkenomian negara. Bappenas (1999) memperkirakan kerugian perekonomian kita akibat 1997 El Nino mencapai US $9.5billion dollar.

Tanda-tandanya

Para ahli iklim dan oseanografi NOAA melakukan prediksi iklim dunia berdasarkan pengukuran data lapangan baik di atmosfir maupun di laut terutama buoy yang dipasang di Samudra Pasifik dan Hindia, dan data dari berbagai satelit serta dari model numerik.

Ahli iklim di NOAA menyatakan bahwa jika kondisi kenderungan/trend iklim baik di atmosfir dan di laut saat ini menerus, terutama kondisi angin baratan (westerlies) yang meningkat di wilayah utara Irian Jaya/Kolam Panas Pacific Barat (Western Pacific Warm Pool) maka kemungkian besar akan terjadi El Nino yang cukup besar. Namun hal ini bisa berubah, oleh karenanya para ahli oseanografi dan iklim terus mengikuti kondisi terakhir di Samudra Pasifik secara seksama.

Kondisi iklim bulan Pebruari 2014 adalah normal, dengan suhu permukaan laut dari bawah normal cenderung mulai naik, terutama di garis international (dateline). Kondisi Nino index mingguan masih negatif (-0.5oC). Namun kondisi bawah laut condong kearah El Nino, dengan adanya kantong anomali positif/panas suhu bawah laut sepanjang katulistiwa di Samudra Pacifik yang dibawa oleh gelombang panjang Kelvin (Kelvin waves).

Namanya Masuk Bursa Cagub DKI, Heru Budi: Pak Arifin Satpol PP Juga Berpotensi

Angin baratan muncul di wilayah Indonesia timur, dan konveksi yang tertekan di wilayah Indonesia barat dan tengah Samudra Pasifik. Dengan kondisi atmosfir dan laut saat, merupakan kondisi normal dengan kecenderungan kearah El Nino.

Latar Belakang

Mungkin kata El Nino merupakan kata yang paling terkenal di kalangan para ahli cuaca/iklim dan kelautan. Hal ini karena dampaknya yang sangat luas mempengaruhi sistem cuaca dan sirkulasi laut di seluruh dunia.

El Nino yang paling besar terjadi tahun 1982/83; 1986/1987 dan 1997, di mana Indonesia, India, Australia, Afrika mengalami kemarau panjang, sementara Amerika dan Eropa dilanda banjir besar. Prediksi NOAA yang dilansir tgl 6 Maret 2014 ini disambut baik oleh masyarakat Amerika bagian barat daya (California, New Mexico dan Arizona) karena sudah beberapa tahun terakhir ini dilanda kekeringan yang sangat parah. Mereka tentunya lebih senang diberi hujan banyak dari pada semakin kemarau panjang.

Kata El Nino berasal dari bahasa Spanyol yang artinya bayi laki-laki.Kata ini sudah dikenal sejak satu abad yang lalu oleh para nelayan di Ekuador dan Peru, Amerika Selatan. Dalam kondisi iklim normal, di pantai Peru terjadi upwelling (massa air panas dari bawah naik ke permukaan laut, seperti yang terjadi di musim timur di selatan Jawa) membawa massa air dingin yang kaya akan nutrisi ke atas, sehingga daerah ini terkenal sebagai penangkapan ikan terbesar di dunia.

Akan tetapi kadang-kadang di sekitar bulan Desember yang biasanya banyak ikan justru tidak ada ikan sama sekali. Hal ini terjadi karena arus panas dari equator mempengaruhi sistem upwelling di daerah ini, air yang terbawa ke atas bukan air dingin yang kaya nutrisi akan tetapi air hangat dengan kondisi kandungan yang rendah. Oleh karenanya ini merupakan musim paceklik bagi nelayan Peru dan Ekuador.

Pada tahun 1924 Sir Gilbert Walker berhipotesa bahwa El Nino ada hubungan langsung dengan tekanan udara di wilayah Indonesia (bagian barat lautan Pasifik) dan bagian timur lautan Pasifik, dengan memperkenalkan system indeks SOI (Southern Oscillation Index).Indeks bernilai positif jika perbedaan tekanan udara antara Indonesia dan bagian timur lautan Pasifik lebih tinggi dari cuaca kondisi normal, dan sebaliknya.

Kondisi sebaliknya dinamakan La Nina. Perubahan variasi iklim El Nino dan La Nina biasa dikenal sebagai El Nino Southern Oscillation (ENSO). Namun di sekitar tahun 1980-an, para ahli iklim dan oseanografi mulai tersadar waktu hampir saja tidak menduga akanadanya El Nino 1982/83 karena kurang memasukan faktor laut.

Ternyata lautan, terutama Samudra Pasifik memegang peranan sangat penting, karena bisa menyimpan panas jauh lebih lama dari pada atmosfir.Oleh karenanya pemerintah Amerika bersama negara-negara maju memasang puluhan buoy di Samudra Pasifik untuk mengtahui kondisi laut secara seksama.

Oleh karenanya muncul Nino indeks: Nino 1, 2, 3, 4 dan Nino3.4 (sebagian wilayah Nino 3 dan 4). Indeks ini merupakan nilai rata-rata anomali suhu permukaan laut di sepanjang katulistiwa Samudra Pasifik. Nino 1 dekat benua Amerika sedangkan Nino 4 dekat dengan Papua Nugini. Nino 1 adalah nilai rata-rata suhu permukaan laut anomali di daerah 80W - 90W dan 5S - 10S. Nino2: 80W - 90W dan 0S – 5S. Nino3: 90W-150W dan 5N – 5 S; Nino 4: 150W – 160 E dan 5N – 5 S; Nino 3.4 120W – 170 W dan 5 N – 5 S.

Dalam iklim kondisi normal perbedaan tekanan ini menyebabkan adanya angin timur (easterly trade winds) sepanjang ekuator di Lautan Pasifik yang membawa massa air panas ke barat menumpuk di sekitar Kepulauan Halmahera setinggi sekitar 40 centimeter. Hal ini menyebabkan pendalaman thermocline (kedalaman laut di mana temperatur air laut 20 derajat celcius) di daerah ini menjadi sekitar 200 meter.

Sementara itu di bagian timur Lautan Pasifik (pantai barat Amerika Selatan) kedalaman thermocline cukup dangkal sekitar 50-60 meter. Di daerah ini, angin timur menyebabkan upwelling yang membawa air dingin kaya akan nutrisi kepermukaan laut, sehingga pantai barat Amerika Serikat merupakan daerah kaya ikan. Sementara itu di wilayah Indonesia, angin timur bertemu dengan angin barat (westerly winds) yang menyebabkan udara naik ke atas dan banyak turun hujan. Biasanya kita mengalami musim hujan. Sebaliknya di bagian tengah dan timur Lautan Pasifik mengalami musim kemarau.

Pada waktu El Nino, perbedaan tekanan udara antara Indonesia dan bagian timur Lautan Pasifik sangat rendah sehingga hampir tidak ada angin timur. Oleh karenanya massa air panas yang tertumpuk di sekitar kepulauan Halmahera (bagian barat Lautan Pasifik) yang biasa disebut Western Pacific Warm Pool mengalir kembali ke timur.

Bersamaan dengan itu gelombang panjang di sepanjang ekuator Lautan Pasifik yang disebut Equatorial Kelvin waves bergerak ke timur membawa massa air panas ke pantai barat Amerika Selatan yang mengakibatkan pendalaman thermocline di daerah ini. Perpindahan massa air panas ini mengakibatkan pergeseran lokasi pembentukan awan, sehingga mempengaruhi sistim cuaca di seluruh dunia. Contohnya, upwelling yang terjadi di pantai Amerika Selatan bukannya membawa massa air dingin dengan kandungan nutrisi yang besar ke atas, akan tetapi mengangkat air hangat yang kandungan nutrisinya rendah. Hal ini berarti musim paceklik bagi nelayan daerah tersebut.

Satu dekade terakhir ini, dengan makin tersebarnya pengetahuan bahwa Arus Lintas Indonesia (Arlindo) perpindahan massa air dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia melalui lautan kita, para ahli iklim dan kelautan mulai melirik pentingnya Samudra Hindia.

Di Samudra Hindia ada semacam ENSO di Samudra Pasifik yang disebut Indian Ocean Oscilation (IOD) yang indeksnya disebut Dipole Mode Index (DMI). Dipole positif berarti suhu permukaan laut di Selatan Jawa dan Barat Sumatra lebih dingin dari biasanya. Para ahli iklim dan oseanografi masih belum satu presepsi apakah dinamika laut di Samudra Hindia ini merupakan bagian dan dampak dari ENSO di Samudra Pasifik, atau independen dari ENSO.

Terlepas dari itu, cuaca dan iklim di wilayah kita dipengaruhi oleh gabungan kondisi yang terjadi di Samudra Pasifik dan Samudra Hindia serta kondisi Asia-Austria monsoon maupun Arlindo. Oleh karenanya, para ahli iklim dan oseanografi beberapa tahun ini memasang buoy di Samudra Hindia untuk mengetahui kondisi dinamika lautnya.

Kemarau Panjang dan Tuna Menghilang

Biasanya pada bulan Oktober sampai dengan bulan April, kita mengalami musim hujan. Akan tetapi kalau ramalan para ahli dari NOAA benar bahwa tahun ini adalah tahun El Nino dan jika bersamaan dengan Dipole positif di Samudra Hindia, maka kita akan mengalami kemarau yang cukup panjang.Hal ini tentu akan membawa dampak yang cukup besar buat kita, terutama para petani yang bergantung pada curah hujan.

Dalam sebulan terakhir ini semakin banyak muncul titik api terumata di Pulau Sumatra yang  harus kita waspadai. Terlepas apakah kebakaran ini disengaja atau tidak, kita harus waspada kalau memang akan terjadi El Nino, jangan sampai titik-titik api ini akan memicu kebakaran hutan yang meluas dan tak terkendali seperti  pada tahun 1997.

Dalam kondisi normal massa air panas mengumpul di sekitar Maluku-Halmahera (Samudra Pasifik sebelah barat). Apalagi pada waktu La Nina. Hal ini ideal bagi ikan tuna yang senang air panas. Namun karena waktu El Nino massa air panas bergerak ketimur (tengah Samudra Pasifik), ikan tuna juga bergerak ke daerah ini. Oleh karenanya El Nino akan berdampak kepada nelayan ikan tuna di daerah Sulawesi-Maluku-Halmahera.

Lain halnya bagi nelayan di pantai barat Sumatra dan sepanjang selatan Jawa-Bali, upwelling yang biasanya terjadi pada musim timur (April-Oktober) akan jauh lebih kuat sehingga kandungan hara dan klorofil jauh lebih tinggi dari biasanya. Oleh karenanya, nelayan kemungkinan menemukan jenis ikan yang lebih berbagai macam dari biasanya.

Kita memang tidak bisa menghindari cuaca ekstrim El Nino dan La Nina, yang bisa meyebabkan ancaman riskan banjir ataupun kekeringan. Akan tetapi dibalik bahaya bencana itu, ada manfaatnya.  Oleh karenanya kita harus pandai-pandai mengambil hikmah dari cuaca global yang berubah dari La Nina ke El Nino bagaikan ayunan, yang mungkin akan tetap berayun kekanan dan kekiri. Kita sikapi  dan waspadai prediksi NOAA ini sehingga bisa menbuat kebijakan untuk memitigasi dan meminimalkan dampak iklim ekstrem.

R. Dwi Susantoahli kelautan, staf pengajar Surya University Tangerang, dan peneliti senior University of Maryland, USA.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya